Menalar Isra’ Mi’raj dengan Teori Relativitas Einstein
Umat Islam di seluruh dunia setiap tahun memperingati hari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad saw. Sebuah peristiwa akbar yang menunjukkan kebesaran Allah SWT. Memperjalankan hambaNya dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa hingga Sidratul Munthaha, hanya dalam waktu satu malam dengan kendaraan Buraq.
Perjalanan maha dahsyat itu diabadikan Allah dalam Alquran Surah Al-Isra ayat 1 : “Maha suci Allah yang menjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Majidil Aqsha yang Kami berkahi sekelilingnya agar Kami memperlihatkan kepadanya sebahagian tanda-tanda (kebesaran) Kami.”
Banyak ilmuan yang kemudian mencoba menelaah peristiwa yang dianggap di luar nalar tersebut. Salah satunya dengan pendekatan Teori Relativitas Khusus temuan Albert Einstein. Teori itu menggambarkan perilaku ruang dan waktu dari perspektif pengamat yang bergerak relatif terhadap satu sama lain.
Twin Paradox
Dalam Teori Relativitas Khusus diterangkan bahwa perbandingan nilai kecepatan suatu benda (v) dengan kecepatan cahaya (c) akan berpengaruh pada keadaan benda tersebut. Semakin dekat nilai v dengan c, semakin besar pula efek yang dialaminya. Termasuk, efek perlambatan waktu. Hingga ketika v menyamai c, waktu bagi benda itu pun sampai pada keadaan nol.
Einstein kemudian mengemukakan teori twin paradox, meski masih terus jadi perdebatan para pakar Fisika. Teori tersebut menggambarkan perjalanan dua saudara kembar, sebutlah Aqua dan Travo. Aqua tinggal di Bumi, sementara Travo terbang ke luar angkasa dengan kecepatan mendekati cahaya. Setelah bertemu kembali di bumi, saudara kembar itu menemukan fakta bahwa umur Travo lebih muda dari umur Aqua yang tinggal di bumi. Penyebabnya, Travo mengalami time dilation atau dilatasi waktu selama perjalanannya.
Dilatasi waktu merupakan keadaan dimana seorang pengamat melihat jam yang bergerak cepat akan menjadi lebih lambat atau lebih cepat, tergantung dari frame of reference dimana dia berada. Hal itu dapat diketahui apabila kecepatan mendekati kecepatan cahaya, dan itu sudah dibuktikan dengan unstable subatomic particle dan precise timing of atomic clocks.
Partikel Muon
Studi tentang sinar kosmis membuktikan teori tersebut. Didapati bahwa partikel-partikel Mu Meson (Muon), yang dihasilkan dari persinggungan sinar kosmis dengan inti-inti atom Nitrogen dan Oksigen di lapisan atmosfer atas, dapat mencapai permukaan bumi.
Diketahui waktu paruh partikel Muon adalah dua mikro detik, yang artinya dalam dua perjuta detik setengah dari massa Muon meleleh menjadi elektron. Dalam jangka waktu dua perjuta detik itu, satu partikel yang bergerak dengan kecepatan cahaya sekalipun maksimal hanya dapat mencapai jarak 600 m. Sementara Muon terbentuk di atmosfer pada ketinggian 20.000 m dari permukaan bumi, yang berarti butuh waktu minimal 66 mikro-detik untuk mencapai bumi.
Pertanyaannya, bagaimana Muon dapat melewati kemustahilan itu? Umur Muon cuma dua mikro-detik, tetapi bisa menempuh perjalanan 66 mikro-detik. Ternyata, selama bergerak mendekati bumi dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, partikel Muon mengalami dilatasi waktu berupa perlambatan waktu.
Eksperimen “Hafele-Keating”
Pembuktian selanjutnya terjadi tahun 1971. Melalui “Hafele-Keating-Experiment” yang menggunakan 2 buah jam berketepatan tinggi, yang di set awal berwaktu sama, dilatasi waktu pada teori twin paradox dibuktikan.
Eksperimen “Hafele-Keating” menghasilkan perbedaan waktu antara jam di pesawat Intercontinental yang terbang ke arah timur/barat, dengan jam referensi di Naval Observatory di Washington. Waktu jam di pesawat berkurang/bertambah tergantung arah penerbangan.
Hasilnya, relatif terhadap jam referensi di Naval Observatory, jam di pesawat mengalami pengurangan waktu 59+/-10 nanoseconds dalam penerbangan ke timur, dan pertambahan waktu 273+/-7 nanosecond pada penerbangan ke barat. Hasil empiris tersebut membuktikan teori twin paradox dalam tingkatan jam makroskopik.
Memahami Isra’ Mi’raj
Perilaku partikel Muon dan eksperimen “Hafele-Keating” menjadi bukti atas dilatasi waktu, satu bagian menarik dari teori relativitas. Dan dilatasi waktu pada kecepatan mendekati cahaya akan berupa perlambatan waktu mendekati nol, alias hampir berhenti!
Sederhananya, pada kecepatan mendekati cahaya, jarak yang sangat jauh dapat ditempuh dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Di situ terlihat bagaimana teori relativitas Einstein hadir membantu manusia untuk lebih memahami keluar-biasaan perjalanan Isra’ Mi’raj. Wallahu a’lam.
AWANG DARMAWAN
Penggiat Literasi
Jurnalis Sulselsatu
Sumber :
Ilmuwan Muslim dan Teori Relativitas. https://bambies.wordpress.com/2012/03/15/1485/
A New Astronomical Quranic Method for The Determination of The Greatest Speed.
Die Spezielle Relativittstheorie.
cerdas.peduli.bersahabat