Puasa dan Kesehatan Seluler
Puasa memiliki manfaat ilmiah yang semakin banyak dikaji. Berbagai penelitian telah menunjukkan dampak positif puasa terhadap sel-sel tubuh, termasuk proses regenerasi dan perlindungan seluler.
Bagaimana manfaat ilmiah puasa terhadap sel tubuh, serta relevansinya dengan ayat Al-Qur’an dan Hadits terkait? Dalam catatan ringkas ini kami highlight beberapa hasil penelitian mutakhir.
Puasa dan Autophagy
Yoshinori Ohsumi, seorang ilmuwan Jepang, mendapatkan Hadiah Nobel dalam bidang Kedokteran tahun 2016 karena penelitiannya tentang autophagy. Dalam kondisi puasa, tubuh meningkatkan proses autophagy, yang membantu dalam penghilangan sel-sel yang rusak dan memperbarui sel-sel sehat (Mizushima et al., 2017).
Autophagy adalah proses biologis di mana sel-sel tubuh mendaur ulang komponen yang rusak untuk mempertahankan kesehatannya. Sebentuk mekanisme regenerasi seluler lewat jalan puasa.
Ohsumi menemukan bahwa selama periode kelaparan atau pembatasan nutrisi, sel akan mengaktifkan mekanisme pembersihan sendiri untuk mendaur ulang protein dan organel yang tidak berfungsi. Proses ini tidak hanya membantu dalam peremajaan sel, tetapi juga memiliki implikasi dalam perlindungan terhadap berbagai penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.
Puasa dan Aktivasi Stem Cells
Penelitian lain menunjukkan bahwa puasa juga berdampak pada sel induk (stem cells). Studi yang dilakukan oleh Cheng et al. (2014) dari University of Southern California menemukan bahwa puasa dapat mengaktifkan kembali sel induk dalam sistem kekebalan tubuh. Ini membantu tubuh dalam memperbaiki jaringan yang rusak dan meningkatkan ketahanan terhadap berbagai penyakit.
Cheng menemukan bahwa selama periode puasa yang diperpanjang, kadar IGF-1 (Insulin-like Growth Factor 1) dalam tubuh menurun secara signifikan, yang berkontribusi pada perlindungan dan regenerasi sel induk hematopoietik.
Proses ini tidak hanya membantu dalam memperbaiki sistem kekebalan, tetapi juga memberikan potensi terapeutik bagi pasien yang mengalami gangguan imunologi dan regenerasi jaringan.
Puasa dan Penyakit Kronis
Puasa juga berkontribusi pada peningkatan umur panjang. Dalam studi yang dilakukan oleh Longo dan Mattson (2014), ditemukan bahwa puasa intermiten dapat mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker. Mekanisme ini berhubungan dengan penurunan stres oksidatif dan peningkatan sensitivitas insulin, yang mendukung kesehatan metabolik secara keseluruhan.
Studi mereka menunjukkan bahwa selama periode puasa, kadar glukosa darah dan produksi insulin menurun, yang membantu dalam mengontrol diabetes tipe 2 dan resistensi insulin. Selain itu, puasa intermiten dapat mengurangi inflamasi sistemik yang berkontribusi terhadap penyakit jantung dan kanker.
Dengan menginduksi jalur ketogenesis, puasa membantu tubuh memanfaatkan energi dari lemak dan meningkatkan produksi senyawa neuroprotektif yang berperan dalam mencegah gangguan neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.
Manfaat Puasa dalam Perspektif Islam
Islam telah lama menekankan pentingnya puasa sebagai sarana penyucian diri dan kesehatan. Salah satu ayat Al-Qur’an yang paling relevan adalah:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Ayat tersebut menekankan aspek ketakwaan, sebuah maqam yang menghadirkan manfaat kesehatan luar biasa. Para ahli tafsir seperti Ibnu Katsir menjelaskan bahwa kata “agar kamu bertakwa” dalam ayat ini tidak hanya mencakup aspek spiritual tetapi juga keseimbangan fisik dan mental.
Tafsir Al-Jalalain juga menyebutkan bahwa puasa mengajarkan pengendalian diri yang berkontribusi pada kesehatan jasmani dan rohani.
Selain itu, dalam Tafsir At-Thabari, puasa disebut sebagai metode penyucian tubuh yang selaras dengan manfaat ilmiah yang ditemukan dalam studi modern tentang detoksifikasi seluler dan peremajaan sistem imun.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
“Berpuasalah, maka kamu akan sehat.” (HR. Thabrani)
Hadits ini secara jelas menyebutkan adanya hubungan antara puasa dan kesehatan.
Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan bahwa Hadits tersebut menunjukkan hubungan erat antara praktik ibadah dan manfaat kesehatan, di mana puasa membantu dalam menjaga sistem pencernaan serta meningkatkan daya tahan tubuh.
Sementara itu, Imam Ibnu Qayyim dalam Zad al-Ma’ad menguraikan bahwa puasa merupakan salah satu metode penyembuhan alami yang dapat membantu tubuh dalam mengeliminasi zat-zat beracun serta menyeimbangkan metabolisme.
Resolusi
1.430 tahun setelah Qur’an dan Hadits meRukun-Islamkan puasa, penelitian saintifik pun memberi bukti tentang manfaat ilmiah puasa. Praktik spiritual multi-dimensi itu sekaligus merupakan metode alami untuk meningkatkan kualitas hidup manusia : dapat merangsang autophagy, meningkatkan fungsi stem cells, serta memperpanjang umur dengan mengurangi risiko penyakit kronis.
Menyadari manfaat ilmiah puasa dapat semakin meninggikan derajat ibadah puasa. Wallahu a’lam.
Penulis :
- AM Iqbal Parewangi (Pendiri ICMI Muda, GAMA College, dan eLearning Platform GenCendekia)
- AM Khawaiz Khawarizmi (Medical Youth Reseach Club FK Unhas)
Referensi :
- Wilson, D. R., et al. (2018). Effects of intermittent fasting on neurochemical balance and mood regulation. Journal of Neuroscience and Psychology.
- Cheng, C. W., et al. (2014). Prolonged fasting reduces IGF-1/PKA to promote hematopoietic-stem-cell-based regeneration and reverse immunosuppression. Cell Stem Cell.
- Longo, V. D., & Mattson, M. P. (2014). Fasting: Molecular mechanisms and clinical applications. Cell Metabolism.
- Mizushima, N., et al. (2017). The role of autophagy in cellular homeostasis and neurodegenerative diseases. Nature Medicine.