Sehat Mental dalam Harmoni Puasa

Penelitian modern semakin memperkuat argumen bahwa puasa β€”yang telah dilakukan manusia sejak ribuan tahun lalu, termasuk dalam tradisi agama-agama terdahulu sebelum datangnya Islamβ€” memiliki dampak positif terhadap aspek psikologis, termasuk kesehatan mental manusia.

Bagaimana dampak itu terbaca pada kondisi psikologis manusia modern? Dalam catatan ringkas ini kembali kami highlight sejumlah hasil penelitian mutakhir.

Ceruk Psikologis Manusia Modern

Akibat gaya hidup yang serba cepat, tekanan pekerjaan, media sosial, dan kurangnya keseimbangan antara aspek material dan spiritual, manusia modern menghadapi berbagai tantangan psikologis. Beberapa diantaranya muncul secara global.

Pertama, stres dan kecemasan. Studi American Psychological Association (APA) menunjukkan peningkatan signifikan dalam kasus gangguan stres dan kecemasan akibat tekanan hidup yang tinggi.

Menurut survei yang dilakukan APA pada tahun 2021, 79% orang dewasa di Amerika Serikat mengalami stres akibat pandemi, dengan 67% melaporkan peningkatan signifikan dalam kecemasan mereka selama setahun terakhir. Selain itu, 32% melaporkan gangguan tidur yang berhubungan dengan stres, sementara 45% merasa lebih mudah tersinggung dan emosional.

Data APA tersebut menunjukkan bahwa stres dan kecemasan merupakan tantangan global yang mempengaruhi kesejahteraan mental secara signifikan.

Kedua, depresi. Menurut WHO (2021), lebih dari 280 juta orang di dunia mengalami depresi. Sekitar 15% orang dewasa di seluruh dunia mengalami gejala depresi berat, sementara hanya kurang dari 50% yang mendapatkan perawatan memadai. Data WHO juga menunjukkan bahwa tingkat depresi global meningkat hingga 25% akibat dampak pandemi COVID-19.

WHO juga mengungkapkan bahwa depresi merupakan penyebab utama disabilitas global, dengan peningkatan risiko bunuh diri pada individu yang mengalami depresi berat sebanyak 10 hingga 20 kali lipat dibandingkan populasi umum.

Ketiga, kurangnya keseimbangan emosional. Pola hidup modern yang kurang spiritual menyebabkan banyak individu kehilangan ketenangan batin.

Sebuah studi oleh Twenge et al. (2020) menunjukkan bahwa lebih dari 60% generasi muda mengalami tingkat kecemasan dan ketidakstabilan emosional yang lebih tinggi akibat penggunaan media sosial yang berlebihan dan kurangnya interaksi sosial yang berkualitas.

Harmoni Spiritual & Ilmiah

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa puasa berkontribusi positif dalam menstabilkan kondisi psikologis manusia.

Pertama, menurunkan stres dan kecemasan. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Nutrition, Health & Aging (2018), puasa dapat meningkatkan kadar serotonin dan GABA di otak, yang berperan dalam mengurangi kecemasan dan meningkatkan suasana hati. Studi ini melaporkan bahwa individu yang menjalani puasa intermiten mengalami peningkatan kadar serotonin hingga 30% dan pengurangan hormon kortisol sebesar 20%, yang berkontribusi pada penurunan stres.

Studi lain oleh Harvie et al. (2017) menemukan bahwa puasa intermiten membantu mengatur hormon kortisol, yang bertanggung jawab terhadap respons stres. Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang melakukan puasa secara rutin mengalami penurunan kadar kortisol rata-rata sebesar 18%, yang berkorelasi dengan penurunan kecemasan dan peningkatan ketenangan mental.

Kedua, meningkatkan fokus dan kesejahteraan emosional. Puasa meningkatkan aktivitas brain-derived neurotrophic factor (BDNF), yang mendukung pertumbuhan neuron baru dan meningkatkan fungsi kognitif.

Menurut penelitian oleh Mattson et al. (2019), kadar BDNF meningkat sekitar 50-400% pada individu yang menjalani puasa secara rutin, yang berkontribusi pada peningkatan daya ingat, fokus, dan perlindungan terhadap gangguan neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson.

Penelitian oleh Aksunger et al. (2016) menunjukkan bahwa individu yang berpuasa mengalami peningkatan konsentrasi dan kejernihan berpikir akibat penurunan kadar glukosa darah yang stabil. Studi ini juga menemukan bahwa individu yang menjalankan puasa intermiten selama lebih dari 30 hari mengalami peningkatan respons kognitif sebesar 20% dibandingkan mereka yang tidak berpuasa.

Ketiga, mengurangi depresi dan meningkatkan kebahagiaan. Penelitian yang diterbitkan dalam Frontiers in Psychology (2020) menunjukkan bahwa individu yang berpuasa mengalami peningkatan hormon dopamin dan endorfin, yang berkaitan dengan perasaan bahagia.

Studi ini menemukan bahwa kadar dopamin meningkat sebesar 40%, sementara kadar endorfin meningkat hingga 50% selama periode puasa, yang berkontribusi pada peningkatan perasaan kesejahteraan dan kebahagiaan.

Studi lain oleh Zahedi et al. (2021) menyebutkan bahwa puasa membantu meningkatkan keseimbangan hormon serotonin dan melatonin, yang dapat membantu mengatasi gangguan tidur dan depresi. Penelitian ini menunjukkan bahwa individu yang berpuasa mengalami peningkatan kadar serotonin hingga 25%, yang berkorelasi dengan peningkatan suasana hati secara keseluruhan dan pengurangan gejala depresi sebesar 30%.

Selain itu, penelitian oleh Helliwell et al. (2021) dalam World Happiness Report mengungkapkan bahwa individu yang memiliki keterikatan spiritual atau rutinitas ibadah yang konsisten cenderung memiliki kesejahteraan emosional yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak.

Resolusi

Puasa memiliki efek mendalam pada kondisi psikologis manusia. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan haus. Penelitian modern membuktikan puasa dapat membantu mengatasi stres, kecemasan, depresi, dan meningkatkan keseimbangan emosional.

Puasa menyehatkan!

Penulis :

  • AM Iqbal Parewangi (Pendiri ICMI Muda, GAMA College, dan eLearning Platform GenCendekia)
  • AM Khawaiz Khawarizmi (Medical Youth Reseach Club FK Unhas)

Referensi :

  • American Psychological Association. (2021). Stress in America Survey.
  • Aksunger, N., et al. (2016). Intermittent fasting and cognitive functions. Journal of Behavioral Sciences.
  • Harvie, M., & Howell, A. (2017). Intermittent fasting and human metabolic health. Journal of Endocrinology.
  • Helliwell, J. F., et al. (2021). World Happiness Report.
  • Mattson, M. P., Longo, V. D., & Harvie, M. (2019). Impact of intermittent fasting on health and disease processes. The New England Journal of Medicine.
  • Sadeghi, M., et al. (2018). Fasting and its effect on emotional intelligence. Iranian Journal of Psychiatry.
  • Twenge, J. M., et al. (2020). The impact of digital media on emotional balance. Journal of Psychology & Technology.
  • WHO. (2021). Depression and Other Common Mental Disorders: Global Health Estimates.
  • Zahedi, H., et al. (2021). The effect of fasting on neurotransmitter levels and mood states. Frontiers in Psychology.

Write a comment